Menyoal Sebutan "Tercanggih" Bandara Kuala Namu

Jumat, 12 Oktober 2012


Oleh : H. Kliwon Suyoto. Wakil Presiden RI, Boediono mengatakan bandara Kuala Namu
nantinya akan menjadi bandara terbesar kedua setelah Cengkareng. Wapres yakin itu karena bandaranya sangat besar, mewah dan megah. "Semoga nantinya bisa lebih baik dalam segala hal," ucap Wapres (Analisa, 14 April 2012) Sementara Plt Gubsu Gatot Pujonugroho mengungkapkan, Bandara Kuala Namu yang terintegrasi dengan berbagai moda transportasi, merupakan bandara tercanggih di Indonesia dan direncanakan beroperasi Maret 2013 (Analisa, 30 Agustus 2012).
Kuala Namu sebagai bandara terbesar kedua setelah bandara Soekarno Hatta dalam penilaian Wapres bisa kita terima. Tetapi Kuala Namu sebagai bandara "tercanggih" dalam penilaian Plt Gubsu sangat patut diragukan. Terlebih bila kriteria penilaiannya terbatas didasarkan pada adanya integrasi berbagai moda transportasi, khususnya adanya layanan Kereta Api (KA) Bandara yang difasilitasi dengan City Airport Terminal (CAT), memungkinkan calon penumpang pesawat melakukan "Check In" di CAT yang mengambil tempat di stasiun KA Medan.

Kuala Namu sebagai bandara yang terintegrasi dengan layanan KA memang yang pertama di Indonesia. Tetapi harus diingat juga, bagaimana spesifikasi prasarana dan sarana KA Bandara yang saat ini dipersiapkan. Jujur harus diakui, KA Bandara Medan - Kuala Namu yang akan dioperasikan PT Railink sebagai anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) bukanlah tandingan Mass Rapit Transit (MRT) yang melayani bandara Changi di Singapura, juga MRT yang melayani Kuala Lumpur International Airport (KLIA) di Kuala Lumpur.

Prasarana dan Sarana

Prasarana - jalan rel, sistem persinyalan dan sterilisasi lingkungan - untuk KA Bandara Medan - Aras Kabu masih dapat dikatakan "tradisional." Jalan KA sepanjang kurang lebih 23 km masih jalur tunggal yang digunakan secara bersamaan dengan KA Barang dan KA Penumpang dengan kecepatan yang berbeda. Sistem persinyalan masih setengah konvensional, pengaturannya belum terintegrasi dengan gerakan KA yang melintas. Lingkungan sepanjang jalan KA belum steril, rawan kecelakaan karena adanya pemukiman padat serta sejumlah perpotongan antara jalan KA dan jalan raya.

Berbeda sekali dengan prasarana yang dilalui MRT dari dan ke bandara Changi di Singapura, atau MRT dari dan ke KLIA di Kuala Lumpur. Jalur rel sudah ganda (double track), operasi MRT tidak berbaur dengan jenis KA yang lain, sistem persinyalan sudah terintegrasi dengan operasi MRT, yang memungkinkan MRT berjalan tanpa masinis. Sementara lingkungan sepanjang jalur MRT steril dari berbagai bentuk potensi rawan kecelakaan. Sepanjang jalur di pagar (kiri dan kanan), pada bagian tertentu jalur berada di bawah tanah (tunnel), di bagian lain jalur melayang, elevated atau fly-over.

Demikian juga sarana yang akan dioperasikan. Pada KA Bandara Medan - Kuala Namu akan menggunakan Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) produk PT INKA Madiun. Sama jenisnya dengan yang kini dioperasikan sebagai KA Bandara Maguwo, Yogyakarta dengan rute perjalanan Cilacap/Purwokerto - Yogyakarta - Maguwo pulang pergi. Dimana baru beroperasi 12 hari sudah terjadi kerusakan pada jaringan kabel antar rangkaian dan instalasi kabel AC yang mengakibatkan operasinya dihentikan sementara (Analisa, 30 Agustus 2012). Berbeda sekali dengan armada MRT sebagai sistem KA Bandara Changi di Singapura dan KLIA, di Kuala Lumpur produksi Korea Selatan yang keandalannya tinggi.

Sebagaimana diberitakan kabarbisnis.com 4 Juli 2012, PT KAI memang berencana membeli 4 Set atau 16 Kereta dari Korea Selatan untuk memenuhi kebutuhan KA Bandara Medan - Kuala Namu. Tetapi tenggang waktu dari sekarang sampai saat uji coba operasi KA Bandara Medan - Kuala Namu pada Desember 2012, sangat tidak mungkin rencana itu terwujud. Lalu kemana lagi harapan tertuju kalau tidak mengandalkan KRDE produk PT INKA Madiun, yang pernah terganggu operasinya saat dioperasikan sebagai KA Bandara Purwokerto/Cilacap - Maguwo.

Desain CAT di Medan

Hal lain yang juga patut "dirisaukan" adalah fasilitas City Airport Terminal di stasiun Medan, yang terkesan merepotkan atau "ribet." Akses dari terminal KA Bandara sebenarnya lebih praktis ke Jl. Jawa, tentunya dengan memindahkan dipo lokomotif dan dipo kereta ke tempat lain, misalnya ke Pulo Brayan seperti yang sudah pernah direncanakan. Tetapi desain yang dipersiapkan PT KAI akses diarahkan ke lapangan Merdeka, yang selain menggusur sejumlah kios pedagang buku bekas, penumpang KA Bandara nantinya juga harus menyeberangi 6 jalur KA melalui jembatan (sky bridge).

Dengan memindahkan dipo lokomotif dan kereta ke Pulo Brayan, sejumlah rel KA akses ke dipo dapat dibongkar, sehingga lahan bekasnya dapat dijadikan tempat parkir kendaraan. Bukankah keberadaan dipo lokomotif dan kereta di lokasi itu juga tidak representatif, bahkan tidak aman dikaitkan dengan pembangunan terminal KA Bandara nantinya. Selain itu, limbah bahan bakar lokomotif juga berdampak polusi lingkungan, menggenangi parit sepanjang Jl. Jawa yang setiap saat dapat mengundang kritikan dan protes pencinta lingkungan.

"Miss-design" CAT ini semakin memperkuat fakta, bahwa sebutan "tercanggih" pada bandara Kuala Namu tidak dapat hanya didasarkan dengan adanya layanan KA Bandara. Sebab prasarana dan sarana KA Bandara Medan - Kuala Namu nantinya masih jauh dari jaminan kenyamanan, bahkan juga keamanannya. Memang, bandara Kuala Namu merupakan bandara yang pertama dilengkapi dengan akses layanan KA. Tetapi layanan KA Bandara yang akan ditampilkan nantinya masih belum dapat dikatakan canggih, apalagi setara dengan KA Bandara di Changi dan KLIA.

Saran Solusi

Terkait dengan berbagai ulasan di atas, agar bandara Kuala Namu dapat disebut "tercanggih," minimal ada tiga hal yang harus dilakukan.

Pertama, sambil menantikan pembangunan jalur ganda (double track) Medan - Kuala Namu, Ditjen Perkeretaapian selaku penanggung jawab prasarana pokok perkeretaapian harus melakukan pemagaran (sterilisasi) sepanjang 27,7 km jalur KA Medan - Kuala Namu, termasuk melengkapi fasilitas pengamanan pada sejumlah perlintasan antara jalan KA dan jalan raya, terutama terhadap perlintasan yang selama ini tidak dijaga. Selain itu, Ditjen Perkeretaapian juga harus melengkapi fasilitas komunikasi (Radio) untuk komunikasi antara petugas di stasiun dan masinis pada semua KA yang melintasi koridor Medan - Aras Kabu.

Kedua, armada yang dioperasikan sebagai KA Bandara harus sejenis dengan MRT di Singapura, impor dari Korea Selatan seperti yang telah direncanakan PT KAI.

Tentunya perlu percepatan proses pengadaannya, mengingat tenggang waktu sampai Desember 2012 hanya tinggal sekitar 3 bulan saja. Padahal, berdasarkan pengalaman pengadaan kereta perlu pemesanan, minimal perlu waktu enam bulan sampai setahun.

Ketiga, desain CAT di stasiun Medan tidak mengarahkan akses penumpang KA Bandara Kuala Namu ke areal parkir pada lahan sejumlah kios buku bekas di sisi lapangan Merdeka.

Tetapi ke Jl. Jawa dengan memindahkan dipo lokomotif dan kereta PT KAI ke Pulo Brayan. Cara ini selain tidak menggusur pedagang buku yang mayoritas "wong cilik" juga mendukung tampilan CAT yang lebih representatif dan kondusif. Heritage stasiun Medan pun masih tetap terpelihara, tidak terusik oleh kehadiran sky bridge yang merusak estetika (lihat Gambar).

Menjelang pelaksanaan uji coba KA Bandara Desember 2012, masih tersedia waktu 3 bulan yang sangat tidak mungkin ketiga saran solusi di atas dapat diwujudkan. Tetapi untuk menjadikan bandara Kuala Namu sebagai bandara "tercanggih" ke depan harus ada upaya solusi terhadap ketiga hal tersebut. Tanpa itu, bandara Kuala Namu sulit untuk dikatakan sebagai bandara "tercanggih". Permasalahannya justeru terletak pada keberadaan layanan KA Bandara Medan - Kuala Namu yang saat ini dipersiapkan. Diharapkan minimal dalam waktu tiga tahun mendatang, ketiga saran solusi tersebut sudah dapat diwujudkan, sehingga Kuala Namu pantas disebut sebagai bandara kedua terbesar setelah Cengkareng serta "tercanggih" di Indonesia. Semoga!!***

Penulis adalah pemerhati masalah ekonomi, transportasi dan sosial tinggal di Tebingtinggi


Sumber : Analisa

0 komentar:

Posting Komentar